Blog ini adalah sarana rekreasi pribadi dari pemuda bernama Dimas Ario yang jika sempat mengurus blog ini dengan antusias namun terkadang juga ditelantarkan jika tengah sibuk dengan kegiatan lainnya.
Maka dari itu, silahkan juga membaca semua tulisan di sini jika memiliki waktu luang dan silahkan juga mengunduh semua lagu yang tersedia jika koneksi internet mengijinkan.
Jika ingin mengirimkan pertanyaan, tawaran, keberatan atau bahkan pujian, silahkan mengirimkannya melalui surat elektronik
Selamat datang tahun Kelinci Air. Selamat tinggal tahun Macan Air.
Seraya menyambut rilisan-rilisan musik lokal selanjutnya di tahun Kelinci, saya ingin sedikit retrospeksi dari apa yang sudah terjadi di musik Indonesia di bawah naungan Macan Air yang lalu.
Berdasarkan penelurusan di mesin pencarian, sifat Macan Air antara lain memiliki karakter yang kaya ide, terbuka dan selalu mencari-cari pengalaman baru. Seperti semua karakter tersebut sangat tepat untuk menggambarkan musik Indonesia sepanjang 2022.
Gelombang pendatang baru semakin meriah dan kabar baiknya banyak di antara mereka langsung menuai pujian, angka putar yang merengsek naik serta jadwal panggung yang rapat hanya dengan modal satu atau dua lagu saja atau juga sebuah album perdana. Keterbukaan Macan Air dibuktikan dengan semakin luasnya selera masyarakat yang membuat lagu dari ragam genre, rentang tahun perilisan hingga lagu dengan bahasa daerah mudah naik ke permukaan. Mulai dari "Ojo Dibandingke" yang jadi tembang nasional 2022, lagu berbahasa Sunda berumur 27 tahun milik Doel Sumbang "Runtah" yang populer di TikTok, lagu Utha Likumahuwa dari 35 tahun lalu "Sesaat Kau Hadir" yang mendapat kesempatan hidup kedua hingga seksinya musik Rock lokal yang membuat grup Punk seperti The Jansen, Dongker dan grup Emo For Revenge berhasil bertengger pada tangga lagu populer dan bersanding dengan bintang-bintang Pop seperti Tulus dan Tiara Andini.
Karena musik Indonesia di tahun Macan Air ini sangat dinamis saya jadi tergerak untuk melakukan ritual tahunan (walau beberapa tahun ke belakang menjadi ritual dua tahunan) untuk berbagai rilisan-rilisan favorit sepanjang tahun yang kerap saya dengarkan di waktu-waktu pribadi dan telah disusun berdasarkan beberapa kategori yang kali ini karena pengaruh karakter Macan Air membawa penjelajahan musik saya ke spektrum yang lebih luas lagi. Seperti menemukan band Hardcore Punk dari Balikpapan, band Indie Pop dari Sidoarjo, kolektif MC dari Kalimantan Selatan hingga Gangsta Rap dari Sorong.
Terima kasih Macan Air atas suasana musik Indonesia yang begitu segar dan bergelora.
Membuat daftar lagu/album terbaik atau terfavorit sepanjang tahun sudah menjadi ritual tahunan yang pertama kali saya lakukan dari tahun 2006 sewaktu zaman ngeblog di Multiply. Seiring perkembangan dari pola konsumsi musik dari tahun ke tahun, format daftar tahunan ini juga kerap berubah-ubah.
Sejak 2018, saya mulai berbagi daftar lagu terbaik ke dalam beberapa playlist yang dibagi per tema. Untuk daftar 2020 ini saya kembali menggunakan formula yang sama namun dengan perubahan di tema playlist dan juga saat ini lebih banyak menampilkan ragam karya musisi tanah air.
Pembagian tema kali ini tidak hanya dibedakan dari genre musik saja namun juga dari tangkapan tren atau fenomena musik yang terjadi sepanjang satu tahun. Di tahun ini juga saya memulai untuk menyoroti pergerakan kancah musik di sebuah kota yang bergeliat sepanjang tahun.
Total ada 13 playlist musik Indonesia ditambah 2 playlist mancanegara dengan masing-masing playlist menampilkan 20 lagu dari 20 musisi yang berbeda. Semoga dapat memberi gambaran betapa kaya dan beragamnya musik Indonesia hari ini.
Tulisan ini merupakan naskah yang saya kirim ke Vice Indonesia untuk menjadi bahan pertimbangan mereka menentukan album dan lagu terbaik Indonesia sepanjang dekade 2010. Saya memilih 20 lagu dan 20 album Indonesia rilisan 2010 hingga 2019 yang mendefinisikan potret musik Indonesia selama 1 dekade terakhir.
Pada list tahunan untuk 2018 ini saya akan menyortir lagu-lagu favorit ke dalam beberapa playlist dengan tema yang berbeda. Ini adalah seri pertama dari Dimas Ario's Favorite Songs of 2018.
Setiap minggu ada puluhan ribu lagu baru yang dirilis dan tersedia pada berbagai layanan music streaming. Dari puluhan ribu itu mungkin hanya sekitar 10% yang tersedia untuk diakses pada halaman utama dari layanan musik atau masuk dalam beberapa playlist populer yang memiliki jumlah pengikut ratusan ribu orang. Sisanya, tertimbun di hutan algoritma sehingga kemungkinannya semakin kecil untuk lagunya mudah untuk terekspos kepada para pendengar non penggemar.
Jatuh cinta pada pendengaran pertama. Itu yang saya alami dengan sebuah band dari Timur Jakarta bernama Kabar Burung saat menyaksikan mereka tampil di Kios Ojo Keos malam minggu kemarin. Dari intro lagu pertama yang dibawakan secara Acapella sudah langsung membuat saya terkesima. Hati saya memang kerap lumer jika mendapat suguhan lagu-lagu melodius terlebih dengan harmonisasi vokal yang indah.
Tahun 2010 saat lagi gemar mendengarkan musik-musik chillwave/glo-fi/hypnagogic pop, saya membuat mix bertajuk Nostalgic Summer of an Escapist Dream, berisi lagu-lagu sejenis yang dulu dibuat dalam format MP3 yang bisa diunduh di blog.
8 tahun setelah itu, di saat saya sedang meneruskan kegemaran terhadap musik-musik Jepang 70an-80an yang sudah dimulai sejak 3 tahun lalu, saya menyadari ada beberapa kesamaan kata kunci (nostalgia, musim panas, pantai, dll) antara musik-musik chillwave tersebut dengan beberapa rilisan dari para musisi Jepang yang pada era akhir 70an dan di awal 80an mulai bermain-main dengan perangkat Synthesizer. Kata-kata kunci yang sama pada 2 tahun terakhir juga mulai banyak digunakan oleh para musisi dengan label Vaporwave yang kerap menggunakan musik-musik pop Jepang era 80an sebagai sampling sekaligus mengenalkannya ke dunia barat berkat algoritma YouTube.
Karena kesamaan itulah, sekarang ini saya kembali membuat mix yang tanpa sengaja jadi seperti kelanjutan dari mix yang saya buat di tahun 2010 tersebut. Jika mix 2010 terdiri dari lagu-lagu rilisan terbaru saat itu, pada mix 2018 ini menampilkan musik-musik dari era akhir 70an hingga 80an dari musisi Jepang dan juga musisi luar Jepang yang berkarir dan populer di Jepang. Masih dihiasi dengan suara debur ombak yang sugestif, semoga mix ini bisa jadi soundtrack yang selaras untuk beraktivitas di pesisir atau paling nggak soundtrack di kala mendung seperti hari-hari belakangan ini.
Salah satu wish list konser yang harus ditonton di hidup ini, semalam sudah dicentang dengan menghadiri konser Paul McCartney di Tokyo Dome, Jepang. Bersyukur sekali masih bisa dapat tiket konser Paul McCartney walau belinya terhitung dadakan.
Awalnya istri saya bermaksud ingin memberi kejutan dengan diam-diam membeli tiket konser Paul McCartney. Tapi karena ia tidak punya kartu kredit dan pembayaran dengan kartu debitnya ternyata tidak berhasil dilakukan, akhirnya ia membatalkan rencana kejutan dengan memberitahu saya soal konser Paul McCartney di Jepang ini. Tanpa pikir panjang saya langsung menyambut rencana tersebut. Karena harapan McCartney mampir ke Asia Tenggara masih tipis jadi menontonnya di Jepang merupakan keputusan yang tepat untuk saat ini.
Di beberapa kesempatan pada konser semalam, McCartney selalu menyapa penggemarnya dalam bahasa Jepang yang tentunya disambut meriah. Bahkan pada layar video yang ada di samping kanan dan kiri panggung ada terjemahan dalam bahasa Jepang setiap kali McCartney berbicara. Beberapa kali ia bertanya ke penonton apakah terjemahan sudah berjalan dengan baik atau belum.
Pada saat Synchronize Festival mengumumkan Dewa 19 featuring Ari Lasso dan Once Mekel menjadi salah satu lineup, saya sangat antusias. Soalnya formasi reuni Dewa yang kerap tampil di berbagai acara selama kurang lebih 5 tahun terakhir selalu hanya menghadirkan Ari Lasso. Karena itu repertoar yang dibawakan lebih banyak dari album-album Dewa era 90an.
Sebenarnya saya juga senang dengan formasi awal Dewa 19. Album Pandawa Lima sampai saat ini masih bercokol di urutan pertama pada daftar pribadi album Dewa paling favorit. Namun saya juga kangen mendengar lagu-lagu di dua album Dewa pada awal 2000an dibawakan secara live. Dari hasil googling, panggung Dewa 19 reuni bersama Ari Lasso dan Once terakhir terjadi di Malang pada tahun 2016.
Saya lupa-lupa ingat kapan terakhir saya menyaksikan Dewa dengan formasi Once. Saya hanya ingat satu momen menyaksikan Dewa dengan vokalis Once yakni di Cafe Lamborghini, Jakarta di periode awal 2000an.
Kembali lagi ke ritual menyenangkan menjelang akhir tahun yakni menyusun lagu-lagu favorit yang dirilis sepanjang tahun. Tahun ini menginjak tahun kesebelas saya membuat daftar musik-musik favorit tahunan, yang dulu saya mulai di almarhum Multiply.
Biasanya lagu-lagu yang sudah terpilih saya susun dalam satu playlist. Di zaman Multiply dan era-era awal menulis di Madahbakti, saya membagikan playlist untuk dapat diunduh. Dalam empat tahun terakhir seiring dengan konsumsi streaming semakin besar, saya menyediakan playlist di berbagai layanan streaming. Namun di tahun ini, saya mengalami kesulitan saat ingin memasukkan semua lagu favorit dalam satu playlist.
Alasan pertama, karena musisi dan band Indonesia menyebarkan musiknya dalam berbagai platform yang berbeda-beda. Ada yang hanya menggunakan YouTube, ada yang menjadi pengguna Bandcamp yang setia, ada yang lebih nyaman di Soundcloud saja, ada juga yang sama sekali tidak tersedia dalam ranah digital. Alasan kedua, setelah saya sortir jumlah lagu-lagu terfavorit, ternyata ada lebih dari 50 lagu yang terdiri dari berbagai genre musik. Jadinya kalau dipaksakan dalam satu playlist yang sama juga akan terdengar acak dan membutuhkan komitmen waktu yang cukup besar untuk mendengarkan dari awal hingga akhir.
Karena itu, untuk lagu-lagu Indonesia terfavorit tahun ini saya mencoba untuk menyusunnya berdasarkan kategori genre dan menulis daftarnya saja. Jadi tidak lagi tersusun dalam sebuah playlist. Jika kalian menyukai beberapa lagu yang ada dalam daftar ini, silakan masukkan lagu-lagu tersebut dalam playlist pribadi. Semua lagu dalam daftar ini dirilis dalam periode Desember 2016 hingga Desember 2017.
2017 adalah tahun yang sangat dinamis bagi musik Indonesia. Dari munculnya bintang-bintang baru, album-album yang lama dinantikan akhirnya dirilis juga, konser-konser dan festival musik yang kerap habis terjual tiketnya dan selalu dipenuhi penonton, menjamurnya tempat pertunjukkan berskala kecil di ujung-ujung Jakarta yang menjadi kawah candradimuka bagi band-band kotamadya sekitar, beragam kolaborasi yang menyegarkan, lagu-lagu Indonesia yang mendulang puluhan juta view di YouTube hingga perayaan kebangkitan musik-musik Indonesia lama.
Salut untuk semua musisi Indonesia yang berkarya sepanjang tahun ini. Bersulang untuk musik Indonesia yang lebih baik lagi di 2018.
Kolaborasi
Manual Hidup Hepi Bab 1.1 - Rand Slam x Jason Ranti
OM PMR feat Kunto Aji - Too Long to be Alone
Lazuardi - Zeke Khaseli & Yudhi Arfani & Cholil Mahmud
Tiba Tiba Suddenly Konser dari Efek Rumah Kaca tahun lalu sepertinya meninggalkan kesan yang manis bagi banyak orang. Saat publik mengetahui bahwa vokalis Cholil Mahmud saat ini sedang berada di Indonesia, banyak komentar yang masuk di akun media sosial ERK yang meminta kami untuk kembali membuat konser dadakan. Lucu juga kedatangan Cholil sementara waktu ke Indonesia jadi identik dengan konser dadakan. Permintaan pun semakin bertambah saat kami merilis jadwal di bulan Juli dan tidak ada satu pun jadwal yang berada di Jakarta.
Karena desakan permintaan yang begitu banyak ditambah dengan jadwal ERK sejauh ini yang tidak ada yang di Jakarta, maka saat direktur RURUradio, Oomleo mengajukan ide untuk membuat konser dadakan untuk kedua kalinya, tidak pikir panjang saya mewakili manajemen ERK, langsung mengiyakan.
Karena jadwal akhir pekan Efek Rumah Kaca sudah penuh maka mau tidak mau konser kembali diadakan di hari kerja seperti tahun lalu. Jaman sekarang penduduk Jakarta juga semakin gemar bersenang-senang hingga larut malam di hari kerja sementara besok pagi kembali beraktivitas.
Seminggu sebelum hari H, kami baru bergerak mencari sponsor dan tentu saja tidak ada brand yang menyanggupi mengucurkan uang dalam hitungan hari. Akhirnya seperti Tiba Tiba Suddenly Konser tahun lalu, Tiba Tiba Suddenly Konser Again juga diselenggarakan secara mandiri tanpa sponsor atau donatur.
Untungnya keluarga besar Efek Rumah Kaca dan RURUradio memiliki tim yang sigap dan tangkas yang terbiasa kerja mepet deadline dan mepet uang juga. :D Beberapa persoalan teknis yang akan membuat budget membengkak dengan cepat dipangkas. Begitu juga dengan ide-ide konten yang akan ditampilkan di panggung yang dirasa terlalu membutuhkan usaha yang banyak, juga ditiadakan.
Khusus mengenai konten, sebisa mungkin kami tidak mau mengulang konsep yang sudah digunakan pada Tiba Tiba Suddenly Konser tahun lalu. Dalam mempersiapkan konten juga jalannya tidak selalu mulus yang membuat tegang-tegang di menit-menit akhir. Misalnya Oomleo yang hardisknya tiba-tiba ngadat saat sedang membuat teks karaoke atau saat beberapa orang yang kami minta untuk turut hadir dan berbicara di atas panggung sampai detik-detik terakhir ternyata membatalkan kesediaannya karena masih terjebak meeting atau ada acara lainnya yang tidak bisa ditinggal.
Kami semua maklum dengan keadaan tersebut. Karena memang semuanya serba mendadak. Jika publikasi konser tahun lalu dilakukan 24 jam sebelum acara, kali ini publikasi dilakukan H min 2 sebelum acara agar lebih banyak orang lagi yang tidak telat mengetahui info mengenai konser.
Satu hal yang selalu mengundang rasa salut adalah antusiasme dan tertibnya para penonton di Tiba Tiba Suddenly Konser Again. Dua jam sebelum tiket booth dibuka, calon penonton sudah mulai mengantri. Dalam waktu satu jam setelah penjualan tiket resmi dibuka, 1000 tiket langsung ludes.
Penjualan merchandise resmi Efek Rumah Kaca dan juga sablon t-shirt konser dari teman-teman Grafis Huru Hara juga laris manis bahkan sebelum konser dimulai. Sepanjang konser juga para penonton kompak untuk terus duduk agar pandangan ke panggung lebih enak menyesuaikan keadaan panggung yang tidak begitu tinggi.
Aksi duduk ini pun akhirnya kalah juga dengan irama dangdut kontemporer dari bintang tamu kejutan OM PMR.
Total durasi konser kurang lebih 4 jam dengan penonton sebanyak 2500 orang. Semua puas dan senang.