Copyright © 2010-2013
Sabtu, 19 April 2014

Mewujudkan Mimpi Melalui Heineken Road to Ibiza Final

Saya bukan penggemar berat sepak bola. Apalagi memainkannya di lapangan. Entah kenapa saya selalu merasa kaki saya kurang terampil dan lincah dalam menggiring atau menggocek bola. Jadi setiap bermain futsal dengan teman-teman saya lebih berlari ke sana kemari saja, tapi tanpa ada bola di kaki saya. Haha. Yah paling tidak keluar keringat.

Untuk menonton bola saya tidak melakukannya secara rutin seperti kebanyakan teman-teman pria saya. Saya tidak memiliki tim favorit. Biasanya saya nonton bola di pertandingan penting saja, seperti final, baik itu piala dunia maupun pertandingan liga. Karena perilaku saya ini, saya pasrah jika ada yang menganggap saya sebagai poser bola. :D

Salah satu pertandingan penting yang rasanya sayang untuk dilewatkan begitu saja adalah final liga Champion UEFA yang akan diselenggarakan bulan depan, tepatnya 24 Mei 2014. Walaupun saya awam bola, tapi saya tahu bahwa liga Champion ini diikuti antar klub-klub sepak bola Eropa tersukses dan dianggap sebagai kejuaraan paling prestisius di wilayah Eropa.

Kebetulan beberapa minggu lalu, brand premium bir terfavorit, Heineken mengundang saya dan teman-teman blogger lainnya untuk datang ke kick-off party Road to Ibiza Final dimana mereka akan mengajak lima orang yang beruntung dari Indonesia untuk nonton bareng final liga Champion UEFA ini di Ibiza, Spanyol, bersama 500 konsumen Heineken dari 50 negara di dunia. 

Minggu, 06 April 2014

Lampau: Wawancara Efek Rumah Kaca (2007)

Saya sedang membongkar hardisk dan menemukan banyak file lama dari beberapa pekerjaan saya terdahulu. Salah satunya adalah kumpulan wawancara ketika saya bekerja di majalah Jeune dari tahun 2007-2008.

Karena itu secara berkala saya akan memuat ulang beberapa wawancara tersebut pada blog ini dalam rubrik Lampau. Beberapa tulisan dari blog saya terdahulu di Multiply, yang beberapa sudah saya muat ulang dalam blog ini juga masuk dalam rubrik Lampau.

Kali ini saya memuat ulang wawancara saya dengan Efek Rumah Kaca yang berlangsung di bulan September 2007. Artikelnya terbit sebulan kemudian pada edisi Jeune Magazine no 21, bulan Oktober 2007.

Saya ingat sewaktu rapat redaksi, saya mengajukan nama Efek Rumah Kaca untuk menjadi feature atau wawancara panjang. Feature atau wawancara panjang menjadi rubrik pertama yang saya usulkan ketika baru bekerja di majalah Jeune. Sebelumnya Jeune selalu mengulas band dalam porsi kecil (satu halaman ada empat band). Dan Efek Rumah Kaca menjadi band pertama yang saya ajukan untuk rubrik baru tersebut.

Waktu itu reaksi pimpinan redaksi saya kira-kira seperti ini, " Hah? Band apaan tuh?" Lalu saya menjawab, "Pokoknya band bagus ini. Percaya deh. Bakal naik nantinya". Saat itu nama Efek Rumah Kaca baru bergaung di segelintir kalangan. Khususnya di kalangan musisi. Album debut mereka baru dirilis namun saat itu mereka belum melakukan kegiatan promo yang gencar.

Dan pada akhirnya, prediksi saya benar. Dalam tujuh tahun, Efek Rumah Kaca menjelma sebagai salah satu band besar di scene independent Indonesia. Dan bahkan di tahun lalu, Efek Rumah Kaca bermutasi menjadi Pandai Besi yang debut albumnya banyak menuai pujian di 2013.

Lucu juga ketika baca wawancara ini kembali. Banyak jawaban yang masih relevan hingga kini. Walau ada juga jawaban Cholil yang ternyata meleset dari dugaannya jika dilihat kenyataan yang terjadi sekarang ini.

Selamat membaca.


Jumat, 04 April 2014

Playlist: Softy and Lovely

Dari dulu saya selalu menyukai lagu dengan melodi enak, mau apapun jenis genrenya. Enak di sini memang murni selera pribadi. Sulit untuk didefinisikan.

Salah satu genre musik yang selalu menyuguhkan melodi-melodi yang kuat dan enak di telinga saya adalah musik Soft Rock. Menurut deskripsi Wikipedia, Soft rock was often derived from folk rock, using acoustic instruments and putting more emphasis on melody and harmonies.