Berkunjung ke Miri dan Menghadiri Asia Music Festival 2013

Di bulan Oktober ini, untuk pertama kalinya dalam hidup saya menginjakkan kaki di pulau Kalimantan. Namun kedatangan perdana saya ke sana ini malah bukan ke kota di bagian wilayah Indonesia, melainkan singgah di negara bagian Serawak, Malaysia, tepatnya di sebuah kota kecil dengan penduduk kurang lebih 300 ribu jiwa yang bernama Miri.


Semua itu dapat terjadi berkat AirAsia yang mengundang saya sebagai blogger untuk hadir dalam Asia Music Festival di Miri Malaysia pada tanggal 4 dan 5 Oktober 2013. Ini kali kedua saya mendapat undangan AirAsia setelah sebelumnya saya diundang untuk menghadiri AirAsia Bloggers' Community Party yang diselenggarakan pada bulan Juni 2013 di Air Asia Academy di Sepang, Malaysia.




Kali ini, AirAsia sebagai salah satu partner festival mengundang beberapa blogger dari beberapa negara di Asia Tenggara untuk meliput Asia Music Festival 2013 yang diselenggarakan untuk pertama kalinya oleh Sarawak Tourism Board (STB) yang telah sukses menyelenggarakan beberapa event musik tahunan, seperti Rainforest Music Festival di Kuching dan Borneo Jazz Festival di Miri.

Sebelum saya mendapat undangan AirAsia, saya sama sekali belum pernah mendengar nama Miri. Kota-kota di Malaysia yang saya tahu kebanyakan berada di wilayah Semenanjung. Kota Miri adalah satu dari sebelas divisi administratif dari negara bagian Sarawak yang merupakan negara bagian terbesar di Malaysia. Miri terletak di barat laut pulau Kalimantan. Miri dikenal sebagai kota dimana gas alam dan minyak bumi untuk pertama kalinya ditemukan di Malaysia. Karena letaknya yang begitu dekat dengan Brunei Darussalam, kota ini juga menjadi tujuan wisata utama dari Brunei setiap akhir pekan.

AirAsia menyediakan penerbangan ke Miri rata-rata sebanyak 4 kali dari bandara Low Cost Carrier Terminal (LCCT) di Sepang, Malaysia. Tidak ada penerbangan yang langsung menuju Miri dari Indonesia.


Saya berangkat menuju Kuala Lumpur, Malaysia pada hari Kamis, tanggal 3 Oktober 2013. Tiba di LCCT pada pukul 9.30 pagi dan langsung janjian dengan staf AirAsia Malaysia bernama Ashman yang akan menemani saya dan blogger lainnya selama di Miri.

Jadwal penerbangan ke Miri pukul 1 siang. Jadi saya dan Ashman serta Henry Lee, blogger dari Malaysia yang sudah tiba lebih dulu, menunggu cukup lama sebelum keberangkatan ke Miri. Selama menunggu saya habiskan untuk berbincang-bincang mengenai banyak hal dengan Henry. Saya mengenal Henry pertama kali di AirAsia Bloggers' Party di bulan Juni. Kebetulan saat itu, saya dan dia berada dalam satu tim.

Satu persatu blogger dari Filipina dan Thailand akhirnya tiba di Malaysia dan langsung bergabung dengan saya dan Henry. Salah satunya, Melo Villareal, seorang travel blogger dari Filipina yang juga telah saya kenal sebelumnya di AirAsia Bloggers' Party yang kebetulan juga berada dalam satu tim yang sama dengan saya dan Henry. Jadi pertemuan kali ini dengan Melo dan juga Henry seperti reuni kecil.

Pukul 1 siang, saya dan para blogger berangkat menuju Miri. Beberapa media yang diundang AirAsia juga turut serta dalam penerbangan. Penerbangan menuju Miri ditempuh dalam waktu dua jam. Karena di perjalanan sudah waktunya makan siang, kami semua mendapat makan siang gratis dari AirAsia Cafe. Menu siang itu Bukhara Chicken Briyani, menu yang populer di India dan kawasan sekitarnya. Rasanya sangat lezat dan otentik. Tidak butuh waktu lama saya menghabiskannya. :D


Pukul tiga waktu setempat, saya tiba di bandara Miri. Bandara Miri terhitung kecil namun terlihat sangat terawat dan bersih. Keadaannya mengingatkan saya pada bandara Juanda, Surabaya dan bandara Adi Sumarmo, Solo. Begitu tiba di gerbang kedatangan, dapat terlihat beberapa poster berukuran besar yang menampilkan objek-objek wisata yang patut dikunjungi selama di Miri. Sayang sekali, itinerary yang sudah disiapkan oleh pihak STB untuk saya dan para blogger selama di Miri, tidak menyertakan kunjungan ke objek-objek wisata tersebut.




Hotel tempat kami menginap bernama Eastwood Valley, Golf dan Country Club. Di lokasi tersebut juga Asia Music Festival diselenggarakan. Jadi memang seluruh kegiatan akan dilaksanakan di satu kawasan saja. Areal hotel terletak di bagian depan dari kompleks Golf yang sangat luas. Bentuk bangunan kamarnya seperti bungalow dengan dominasi material kayu ala villa di pinggir hutan.




Saya sekamar dengan Piyoros Luckcam atau yang akrab dipanggil dengan nama Touch, seorang blogger musik dari Thailand. Karena kami berdua sama-sama berkecimpung di dunia musik, jadi obrolannya nyambung. Kami saling bertukar informasi mengenai industri musik dan scene-scene musik di negara kami masing-masing. Saya juga sempat memberinya playlist yang berisi lagu-lagu dari band-band independent Indonesia yang setau saya belum sempat bermain di Thailand. Siapa tau ada jalan ke depannya bagi band-band tersebut untuk bermain di negeri gajah putih.

Tidak jauh dari areal kamar, terdapat media centre dan juga ruangan untuk press conference. Agenda pertama sore itu adalah press conference yang dihadiri oleh para komite festival dan perwakilan dari STB. Menurut panitia, festival ini sengaja diselenggarakan di bulan Oktober karena di bulan Oktober, jumlah kunjungan wisata ke Miri biasanya lebih rendah dibandingkan bulan-bulan lainnya. Untuk itu, STB mencoba menarik wisatawan lokal dan mancanegara untuk berkunjung ke Miri dengan mengadakan festival musik ini.



Lineup Asia Music Festival 2013 terdiri dari band atau musisi Asia yang namanya mungkin kurang dikenal luas di publik internasional bahkan dalam skala nasional. Menurut Henry, rekan blogger Malaysia, beberapa nama pengisi acara dari Malaysia di festival ini pun tidak dikenal luas di negaranya sendiri. Mereka hanya terkenal di daerahnya masing-masing, seperti band Starlet, Hevance dan Melissa Francis yang hanya dikenal di wilayah Sarawak dan sekitarnya.

Sementara itu, perwakilan dari Indonesia di Asia Music Festival 2013 juga kurang dikenal oleh publik Indonesia secara luas. Mereka adalah band Soesah Tidoer dari Yogyakarta dan Foxy Girls dari Jakarta. Sebelum ini, saya sama sekali belum pernah mendengar nama mereka, apalagi mendengar musiknya. Sepertinya pihak STB sengaja menampilkan para pengisi acara yang memang belum terlalu populer namun layak disimak oleh publik yang lebih luas. Bagaimanapun, saya tetap antusias untuk menyaksikan mereka semua dalam dua hari di penyelenggaraan Asia Music Festival 2013.

----

Hari pertama festival berlangsung di hari Jumat tanggal 4 Oktober 2013. Acara dimulai pukul empat sore hari. Areal festival terletak di bagian dalam dari lobby utama di Eastwood Valley. Sebuah areal terbuka namun beratap dengan lantai kayu. Jadi tidak perlu khawatir jika hujan turun sewaktu-waktu.


Para pengunjung yang masuk ke area festival, akan langsung menjumpai berbagai booth makanan dan minuman di sisi sebelah kiri. Booth makanan yang tersedia adalah makanan-makanan dari berbagai negara di kawasan Asia Tenggara. Sementara di sisi kanan, terdapat banyak booth Tattoo. Awalnya saya cukup heran mengapa banyak booth Tattoo di sana. Namun saya baru ingat, saya sedang berada di pulau Kalimantan yang mana budaya Tattoo di beberapa daerah di sana cukup kuat dan telah mengakar dari jaman dahulu kala.




Di sekitar areal makanan dan minuman terdapat banyak bangku dan meja untuk para pengunjung bersantap sambil melihat para penampil dari layar besar yang terpasang di sana. Areal panggung terletak di bagian selanjutnya dari areal booth.


Pukul empat sore, Starlet Band membuka Asia Music Festival 2013. Band ini terdiri dari para wanita-wanita tengah baya yang sejenak meninggalkan predikat mereka sebagai ibu di rumah masing-masing untuk menjadi bintang rock di atas panggung. Starlet berasal dari kota Bintulu yang masih terletak di kawasan Sarawak. Penampilan enerjik mereka yang membawakan banyak lagu daur ulang menjadi pembuka yang cukup menghentak untuk Asia Music Festival 2013.


Penampilan selanjutnya, masih dari kota Bintulu, Sarawak, tampil band Hevance yang memberi label pada musik mereka sebagai Iban rock. Iban adalah sebutan untuk suku bagian dari suku Dayak yang menempati wilayah Sarawak di Malaysia. Musik Hevance ini pada dasarnya rock namun terdapat sentuhan pop Melayu yang kini juga melanda banyak band pop komersil di Indonesia.


Semakin malam, pengunjung yang datang pun semakin banyak. Tercatat di hari pertama, dari awal hingga akhir acara ada sebanyak 1800 orang yang memenuhi Asia Music Festival 2013. Para penampil semakin malam juga semakin 'memanas'. Seperti band dari Indonesia, Soesah Tidoer dengan perpaduan musik keroncong dan dangdut ramuan mereka, sukses membuat para penonton untuk sedikit bergoyang. Keadaannya semakin meriah ketika Tritha dari India tampil membius dengan musiknya yang menggabungkan irama tradisional India dengan psychedelic rock.

Tritha
Setelah Tritha, giliran band dari Filipina, Bembol Rockers tampil. Dengan musik swing dan rockabily, mereka sangat sukses membuat para penonton terus berdansa. Setelah penampilan Bembol Rockers yang menguras keringat, giliran girl band asal Korea Selatan, V.Star tampil sebagai pamungkas Asia Music Festival 2013 di hari pertama. Girl band jebolan Korea's Got Talent di tahun 2012 ini menghibur pengunjung dengan lagu-lagu pop yang dihasilkan melalui instrumen-instrumen tradisional Korea yang mereka mainkan sendiri.

Bembol Rockers

V.Star

Hari kedua di Asia Music Festival, dibuka kembali oleh penampilan band Starlets. Kali ini mereka tampil lebih all out dibandingkan penampilan mereka di hari sebelumnya dan juga dengan kostum yang semakin heboh. Penampil selanjutnya masih dari wilayah Sarawak, yakni penyanyi pop Melissa Francis yang tampil anggun di atas panggung.

Berikutnya ada Fakhrul Razi, penyanyi pop dari Brunei Darussalam yang sebentar lagi akan merilis album debutnya. Belum lama ini, ia juga memenangkan World Championship of Performing Arts di Hollywood, Amerika Serikat. Suaranya memang tidak diragukan lagi. Berdasarkan lagu dan suaranya, saya rasa Fakhrul Razi berpotensi untuk laku di pasar Indonesia.

Fakhrul Razi

Jika dibandingkan di hari pertama, para penampil di hari kedua ini rata-rata memiliki interaksi yang sangat baik dengan para penonton. Seperti grup fusion, Boy Thai Band. Walau musik mereka instrumental namun tidak membuat penampilan mereka membosankan. Atraksi mereka sangat atraktif di panggung, bahkan ada satu kesempatan, pemain Saxophone mereka turun panggung dan berjalan di antara penonton sambil masih memainkan Saxophonenya. Musik fusion ala Boy Thai Band ini juga menarik, menggabungkan instrumen tradisional Thailand dengan musik jazz.


Boy Thai Band
Interaksi yang baik dengan pengunjung juga dilakukan oleh Foxy Girls dari Indonesia, yang menjadi penampil pamungkas Asia Music Festival 2013 di hari kedua. Di pertengahan set, mereka meminta beberapa penonton untuk naik panggung dan menirukan gaya menari mereka. Walhasil, interaksi tersebut mengundang gelak tawa dari banyak penonton. Musik Foxy Girls sendiri sebenarnya standar: musik pop dengan nafas RnB yang digabungkan dengan sedikit irama Dangdut. Namun kekurangan dari segi musikal itu, bisa mereka tutupi dengan interaksi yang baik dengan penonton.

Foxy Girls

Untuk penyelenggaraan perdana Asia Music Festival 2013 ini bisa dikatakan cukup sukses. Pengunjung yang datang ramai dan terlihat sangat menikmati para penampil yang rata-rata mungkin belum mereka kenal. Mudah-mudahan pada penyelenggaraan tahun depan, pihak STB akan lebih banyak lagi menghadirkan lineup dari banyak negara di Asia, dan bukan hanya dari kawasan Asia Tenggara saja.


Dapat hadir di Asia Music Festival 2013 selain dapat melihat band dan musisi yang belum pernah saya saksikan sebelumnya juga menambah kawan-kawan baru dari berbagai negara di Asia Tenggara. Terima kasih juga kepada AirAsia atas kesempatannya dan atas perjalanan yang sangat menyenangkan ini.

para blogger


Untuk foto-foto yang lebih lengkap, silahkan lihat pada album di Facebook saya di bawah ini:



Komentar

  1. Miri, Malaysia sama baru dengar juga. Seru yaa bisa menghadirinya :)

    BalasHapus
  2. Saya sempat ke Asia Music Fwstival 2014. Sayang sekali sekarang sudah tidak ada lagi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day #11: The Like In I Love You

Lampau: Ulasan Album Centralismo - SORE