Reuni Band: Dinantikan, Dipergunjingkan, Diperdebatkan


Fenomena reuni band yang telah bubar makin lama makin sering terjadi di industri musik. Seperti yang baru saja dilakukan oleh grup musik legendaris asal Inggris, The Stones Roses.




Pada akhirnya mereka menjawab semua rumor rujuk yang beredar selama ini dengan pengumuman resmi reuni mereka melalui sebuah konferensi pers yang berlangsung hangat dan penuh canda.

Reuni ini akan diawali dengan dua buah konser yang akan berlangsung pada Juni 2012 di kampung halaman mereka, Manchester. Setelah dua konser tersebut (yang tiketnya terjual habis dalam waktu 14 menit), barulah mereka melaksanakan tur dunia.

The Stone Roses bubar pada tahun 1995 setelah merilis dua buah album yang menjadi cetak biru dari musik Britpop yang berkembang pesat pada periode ’90-an. Bubarnya band ini diakibatkan oleh perselisihan antara personel.

Ketika sebuah band yang bubar karena keributan personel memutuskan menggelar reuni, selalu ada pendapat miring. Misalnya, kecurigaan bahwa mereka kembali berurusan dengan masa lalu, menekan segala ego dan benci, hanya demi mengisi pundi-pundi finansial.

The Stone Roses menampik persoalan uang ini. “Uang akan selalu ada di atas meja. Kami seharusnya dapat mengambil uang itu kapan pun kami mau. Setiap tahun kami selalu mendapatkan penawaran itu,” kata Ian Brown sang vokalis.

Semua persilihan di masa lalu berangsur-angsur membaik ketika gitaris John Squire kembali bertemu Ian Brown secara rutin. “Awalnya kami menangis dan tertawa ketika membicarakan masa lalu dan tanpa disadari kami telah menulis beberapa lagu,” tukas John Squire. “Saya pikir ini adalah sebuah persahabatan yang membutuhkan perbaikan.”

Apapun motivasinya, pada akhirnya reuni hanyalah sebuah perayaan nostalgia bagi suatu band dan para penggemarn. Sebuah kesempatan bagi band untuk menjawab kerinduan penggemarnya dengan mengenang kejayaan.

Yang jadi persoalan selanjutnya, banyak band menggelar reuni namun salah mengartikan masa lalu. Ada usaha untuk mendapatkan kembali kejayaan mereka pada masa sekarang dengan hanya mengulang masa lalu. Proses kreatif pun terhenti demi mempertahankan eksistensi di industri musik.

Jika sudah seperti ini, reuni terasa membosankan dan tidak lagi menarik disimak. Bukan tidak mungkin para penggemar juga akan berlalu meninggalkan band — yang masih hidup di masa lalunya.

Sekarang ini jika sebuah band menyatakan bubar, reaksi pertama saya adalah, “Tunggu saja, paling nanti juga reuni.”

Reuni akan selalu dinantikan, dipergunjingkan dan juga diperdebatkan.


Artikel ini tayang di Yahoo! Indonesia pada tanggal 4 November 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day #11: The Like In I Love You

Lampau: Ulasan Album Centralismo - SORE

Enam Lagu Yang Mendefinisikan Paloh Pop