Day #27: I Realized You


Ada ungkapan klise yang menyatakan, bahwa kita sering menyadari sesuatu itu berharga ketika sesuatu itu telah hilang atau pergi. Sepertinya kata menyadari cukup lekat dengan kata terlambat. Menyadari sering tiba di waktu yang tidak tepat.

Berarti selama ini, kita sering hidup dengan ketidaksadaran? 

Freud mengistilahkan ketidaksadaran sebagai gunung es dimana puncak gunung es (kesadaran) yang dapat kita lihat sebenarnya hanyalah bagian kecil dari keseluruhan gunung es yang tidak terlihat di bawah permukaan air (ketidaksadaran).

Jadi walaupun kita menyadari kita hidup dan bernafas, namun ketidaksadaran dengan kekuatannya yang besar selalu menghantui hidup ini. Seperti ketika kita tidak sadar telah berkata sesuatu yang menyakitkan perasaan orang lain. Atau ketika kita tidak sadar telah memukul seseorang karena sedang naik pitam.

Semua ketidaksadaran itu dapat timbul karena rutinitas (kita sering melakukan sesuatu secara otomatis) dan juga ketidaksadaran akan perasaan yang datang silih berganti.

Menyadari perasaan yang muncul setiap waktunya rasanya memang tidak semudah seperti yang dibayangkan. Bagaimana kita mengenali, mendefinisikan dan mengakui berbagai perasaan yang ada dalam waktu yang tepat.

Maka dari itu, jika kita sudah dapat menyadari sesuatu yang kita rasakan itu sebagai sebuah hal negatif, kita dapat membuangnya dengan segera. Begitu juga sebaliknya, jika kita menyadari sesuatu yang kita rasakan itu sebagai sebuah hal yang positif, maka kita dapat menjaga serta menikmatinya selagi sesuatu itu belum pergi tanpa pamit. Paling tidak, agar ungkapan klise yang saya sebut di atas tidak terulang kembali.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day #11: The Like In I Love You

Lampau: Ulasan Album Centralismo - SORE

Enam Lagu Yang Mendefinisikan Paloh Pop