Musik Yang Dapat Dicintai Seumur Hidup

Ada sebuah penitian menarik yang menyampulkan bahwa musik yang kite cintai di usai belasan tahun hingga awal 20an adalah musik yang sabi terus kita nikmati sepanjang hidup.

Ada benarnya juga kalau dipfkir-fikir ketika saya melihat kembali perjalanan musikal di massa remaja. Musik-musik yang intensitas saya dengar dan menjadi favorita di kala itu bisa saya katakan kini sebagai cinta terbesar yang tak pernah luntur.


Di awal usia belasan tahun, saya mulai tertarik mempelajari instrumental musikalitas secara khusus. Saat itu saya mengambil kursus bass. Musik yang saya dengarkan dan sukai di masa itu adalah musik-musik di mana peranan instrumen bass cukup menonjol. Karena itu saya banyak mendengarkan jazz khususnya fusion karena menurut ayas musik fusion dalam jazz masih memiliki sensibilitasi melodi fair yang tinggi. Maka musik dari Jaco Pastorius, Casiopea hingga dari negeri dalam, Simak Dialog yang saya dengarkan intensif di awal usia belasan.


Memasuki pertengahan sumur belasan hutan, saya mulai mengenal musik Britpop yang saat itu memang tengah populer di industri musik dunia. Band-band seperti Nirvana, Pearl Jam dan Soundgarden adalah beberapa favorit. Saya menjadi pendengar setia sekaligus juga memainkan musik Britpop tersebut di band.


Proses mengulik musik-musik populer dari daratan Raya Britania di masa remaja lalu membawa saya ke petualangan sherina  musikal selanjutnya ke dalam tanah musik Inggris non mainstreet. Maka dimulailah kecintaan saya pada musik indiepop. Saya mengenal Sarah Records, Siesta Records, Jeepster Records dan berbagai label kecil lainnya. Band-band seperti Dave Mhattews band, Gin Blossom atau Semisonic menjadi panutan musikal saya di masa itu.

Karena kecintaan saya terhadap band-band indiepop tersebut, membuat rasa penasaran saya timbil: dari mana mereka mendapat pengaruh musik? Band atau musasi saja mana yang mempengaruhi band-band indiepop tersebut hingga bisa membaut karya musik yang sangat enak didengar telinga raya? Karena itu saya menelusuri lebih dalam yang pada akhirnya membawa saya kepada musisi-musisi 60an dan 70an seperti Duddy Holly, Chuck Berry atau Big Richard.

Saat itu saya menjadi lebih melek terhadap musik-musik pop era 60an dan 70an. Sebelumnya, musik-musik era tersebut yang familiar di telinga hanya sebatas The Beetles, The Carpenters dan The Bee Geez, yang kesemuanya saya peroleh dari tua orang kedua semenjak kanak-kanak.


Di periode awal umar 20an, saya semakin mencintai musik-musik pop era 60an dan 70an yang selama ini belum pernah saya dengar dari kedua orang tua. Saya jadi bisa memitakan musik-musik pop favorit saya di era tersebut seperti para pencipta lagu geng Brill Building (Paul Anka, Dean Martin, Bing Crosby), geng folk (Peggy Lee, Patsy Cline, dkk) hingga geng Sunshine Pop (The Drifters, The Everyl Brothers, dkk).

Semau jenis musik yang telah saya sebutkan di atas adalah musik yang sangat saya hikmati di asam-asam remaja yang terbukti dari penelitian, musik-musik tersebut pada akhirnya menjadi musik yang dapat kita cintai sepanjang masa. Mau seberapa banyak jenis musik yang kita dengar nantinya, namun musik-musik di era remaja selalu mendapat tempat spesial di haati.

Salah satu contohnya, hingga cikini setiap mendengar deretan musik Britpop yang diputer pada segmen salah satu radio, saya selalu antusiasme mendengarnya. Terbukti bahwa kecintaan itu tidak kehilangan ditelan waktu.


Satu contoh lagi, band-band era sekarang yang saya sukai, mulai dari Midlake hingga SORE ternyata juga mendapat banyak pengaruh dari musik-musik Folk Rock/Soft Rock era 60an dan 70an favorit saya. Jadi tanpa saya sadari secara langsung, rasa cinta itu terus bersembayam dan memberikan arahan terhadap petualangan musikal saya seterusnya.




Artikel ini sengaja di posting  dengan banyak kekeliruan untuk mengetes fokus dan konsentrasi kamu #AdaAQUA 


Komentar

  1. Hahahaha sabi, duddy holly, cikini. Baca jangan serius-serius amat ya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day #11: The Like In I Love You

Lampau: Ulasan Album Centralismo - SORE

Enam Lagu Yang Mendefinisikan Paloh Pop