Lagu Untuk Menulis



Bulan lalu, saya diminta Ardi Wilda untuk menulis lagu-lagu yang biasa saya dengar saat menulis. Saat itu, sama sekali saya belum terpikir mau memasukkan lagu apa saja. Karena sejujurnya saya tidak pernah mendengarkan lagu saat menulis.

Menulis seperti juga menggambar atau berhitung adalah sebuah kegiatan yang melibatkan kerja otak. Kalau menggambar lebih banyak menggunakan otak kanan (kreativitas) dan berhitung lebih banyak menggunakan otak kiri (eksak), menulis ini saya rasa memerlukan kerja dari kedua belah otak.

Otak kiri dibutuhkan agar kita dapat menulis dengan logika bertutur yang benar hingga tulisan kita terasa rasional. Walaupun tulisan kita berbentuk fiksi atau dongeng, tetap saja kita masih membutuhkan logika bertutur yang cakupannya meliputi logika dari segi pengetahuan umum, psikologis hingga sebab akibat.

Sementara itu, otak kanan dibutuhkan agar kita dapat berkreasi dalam merangkai kata dan kalimat agar tercipta alur teratur yang semuanya bermuara agar tulisan kita dapat enak dibaca.

Menulis itu memang tujuannya hanya satu: agar bisa dibaca dengan nyaman. Bukan untuk pamer intelektualitas atau ajang eksistensi. Kalau tujuan agar tulisan dapat dibaca dengan nyaman sudah tercapai barulah kita beranjak ke tujuan menulis lainnya, antara lain, agar tulisan itu dapat menghibur, memberi pengetahuan baru atau menggugah pembacanya.

Oleh karena kegiatan menulis membutuhkan kerja kedua belah otak berarti menulis membutuhkan konsentrasi tinggi. Bagi sebagian orang untuk dapat konsentrasi itu berarti meniadakan berbagai hal yang sekiranya dapat menganggu. Dalam kasus saya, meniadakan unsur musik.

Saya penggemar musik. Hampir di setiap kesempatan, sebisa mungkin saya selalu mendengarkan lagu Namun jika sudah sampai dalam kegiatan menulis, saya lebih baik tidak mendengarkan lagu. Karena setiap kali mendengarkan lagu saat menulis, jadinya saya lebih memusatkan perhatian ke kegiatan mendengar. Dan tulisan pun terbengkalai.

Jadi ingat jaman skripsi dulu. Pada hari-hari terakhir menjelang batas pengumpulan, suasana kamar saya selain tentunya berantakan oleh berbagai kertas, buku, diktat, juga terasa sunyi senyap. Tidak ada satu lagu pun mengalun di speaker. Yang ada hanya bunyi tombol keyboard komputer yang saya tekan dan sesekali bunyi printer.

Beberapa teman saya juga ternyata ada yang tidak bisa mendengarkan musik saat menulis. Bahkan satu teman saya mengaku, saat menulis di kantornya, ia kerap memasang headphone walaupun ia tidak mendengarkan lagu apapun. Headphone ia pasang agar menghindari suara-suara yang bisa mengganggu konsentrasi termasuk ajakan mengobrol dari rekan kantor sebelah meja. Trik ini patut ditiru karena sudah terbukti jitu.

Satu hal lagi yang sudah terbukti jitu adalah mixtape saya yang berjudul Soulular Niggunim.

Mengapa saya bilang mixtape ini telah terbukti jitu? Karena menurut beberapa teman yang sudah mengunduh dan mendengar, mixtape Soulular Niggunim ini menjadi teman yang baik dalam menulis. Membuat kegiatan menulis menjadi lebih lancar dan menyenangkan. Itu testimoni beberapa teman saya.

Testimoni yang cukup mengagetkan. Karena sudah tentu, mixtape ini tidak saya buat untuk teman menulis. Pada mixtape ini saya hanya ingin menyusun playlist yang dapat mendatangkan mood yang baik. Dan ternyata untuk sebagian orang yang memiliki keahlian mendengarkan musik saat menulis, mixtape saya ini mendatangkan mood yang baik untuk menulis.

Pada suatu kesempatan,  saya mencoba (untuk kesekian kalinya) mendengarkan lagu saat menulis. Musik yang saya dengar saat itu adalah mixtape Soulular Niggunim ini. Saya ingin membuktikan sendiri testimoni beberapa teman saya.

Hasilnya, sudah bisa ditebak.


Ditulis saat diminta menjadi penulis tamu untuk program 31 Hari Menulis yang digagas oleh mahasiswa UGM, Yogyakarta. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day #11: The Like In I Love You

Lampau: Ulasan Album Centralismo - SORE